Debat Ilmiah: Asal-Usul Kata “Batak” dan Identitas Suku Batak Toba, Oleh: Robinson Togap Siagian

Posted by : amvi 18/02/2025

Medan, Sumatera Utara, 18/2/2025 – Perdebatan seputar asal-usul kata “Batak” dan identitas Suku Batak Toba kembali mencuat. Sejumlah literatur dan pakar memberikan interpretasi berbeda, memicu diskusi yang kompleks mengenai sejarah dan antropologi kelompok etnis ini.

Buku “Hita Batak: A Cultural Strategy” karya Drs. Ch. Robin Manullang mengemukakan bahwa kata “Batak” merujuk pada manusia, baik individual maupun kolektif, sebagai subjek utama dalam mitologi penciptaan alam semesta dan manusia dalam Hikayat Batak. Interpretasi lain muncul dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan “Batak” sebagai pengembara atau petualang. Kamus Bahasa Batak-Indonesia karya Richard Sinaga menambahkan definisi lain, yaitu penunggang kuda yang cepat. Lebih jauh lagi, Robinson Togap Siagian dalam bukunya “Raja Batak Maharaja Toba Israel Utara Diaspora” mengemukakan bahwa “Batak” berasal dari kata “Batara-Bataha,” merujuk pada tempat penyimpanan peralatan religi suci.

Pandangan yang berbeda juga muncul mengenai penggunaan istilah “suku Batak.” Siagian berpendapat bahwa istilah ini merupakan konstruksi peneliti Barat pada masa kolonial, digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan penduduk di wilayah tertentu berdasarkan kesamaan budaya dan sistem kekerabatan. Istilah ini, menurutnya, merupakan “bahasa politik identitas” yang diciptakan untuk tujuan administratif dan politik kolonial, bukan representasi genetik atau etnis yang akurat.

Sebaliknya, pemahaman ilmiah modern tentang suku etnis menekankan aspek genetik dan DNA. Siagian mencatat bahwa suku tertua di Nusantara, berdasarkan DNA, diduga adalah Suku Kerinci dan Suku Gayo Alas Pakpak. Ia juga mengemukakan hipotesis bahwa Suku Batak Toba memiliki DNA campuran, kemungkinan berasal dari Suku Kerinci, dan kelompok etnis lain. Hipotesis ini, bagaimanapun, perlu penelitian lebih lanjut untuk diverifikasi. Ia menegaskan bahwa teori asal-usul Batak berdasarkan mitologi (seperti teori “Hill Top”) berbeda dengan temuan ilmiah berdasarkan analisis DNA.

Perlu dicatat bahwa pemerintah Indonesia, melalui peraturan daerah Sumatera Utara, telah menetapkan suku-suku bangsa di Sumatera Utara, dan istilah “Batak” tidak termasuk di dalamnya. Ini menunjukkan adanya perbedaan antara konstruksi sosial-politik “suku Batak” dan pengelompokan etnis berdasarkan kajian ilmiah modern.

Perdebatan ini menyoroti pentingnya pendekatan interdisipliner dalam memahami identitas etnis. Kajian sejarah, antropologi, linguistik, dan genetika diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan akurat mengenai asal-usul dan identitas Suku Batak Toba. Penting untuk menghindari penggunaan istilah yang bersifat politis dan berfokus pada pemahaman ilmiah yang berdasar bukti empiris. (JL)

RELATED POSTS
FOLLOW US