
Mendengar Suara Allah di Dalam Qalbu: Sebuah Renungan Spiritual Oleh: Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla
Pernahkah kita merasakan gelisah tanpa sebab yang jelas? Atau tiba-tiba merasakan dorongan kuat untuk melakukan kebaikan? Apakah kita menyadari adanya titik kecil dalam diri kita yang menjadi sumber petunjuk ilahi? Titik itu adalah qalbu, dan di dalamnya bersemayam “suara Allah,” sebuah bimbingan yang tak terlihat namun nyata bagi manusia.
Dalil dari Al-Qur’an dan Hadis
Al-Qur’an memberikan petunjuk yang mendalam:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’” (QS. Al-A’raf: 172)
Ayat ini menunjukkan pengakuan fitrah manusia akan keesaan Allah sejak dalam kandungan. Kesaksian ini terpatri dalam qalbu, menjadi petunjuk alami bagi perjalanan hidup.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah qalbu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menggarisbawahi peran sentral qalbu sebagai pusat kebaikan. Qalbu yang bersih dan terhubung dengan Allah akan menghasilkan amal perbuatan yang baik pula.
Qalbu: Saluran Komunikasi dengan Allah
Imam Al-Ghazali menggambarkan qalbu sebagai pusat petunjuk Ilahi. Penelitian modern menunjukkan sekitar 40.000 neuron di jantung terhubung langsung dengan otak. Ini menegaskan bahwa jantung bukan hanya organ pemompa darah, tetapi juga memiliki kecerdasan dan kemampuan menerima ilham dan petunjuk dari Allah.
Ketenangan batin, firasat baik, dan keberhasilan dalam berdoa merupakan contoh komunikasi Allah melalui qalbu. Namun, dosa dan maksiat dapat menutup cahaya qalbu, meredupkan kemampuannya menerima bisikan kebaikan.
Menjaga Cahaya Qalbu: Jalan Menuju Ketenangan
Untuk menjaga qalbu tetap terang dan responsif terhadap petunjuk Allah, kita perlu:
Memperbanyak Dzikir dan Doa: Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dalam hati manusia terdapat karat, dan cara membersihkannya adalah dengan memperbanyak dzikir kepada Allah.” (HR. Baihaqi)
Menjauhi Maksiat: Dosa menghalangi cahaya qalbu. Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang hamba berbuat dosa, maka akan muncul titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, maka hatinya akan bersih kembali.” (HR. Ahmad)
Membaca Al-Qur’an: Allah berfirman, “Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Kesimpulan
Marilah kita merenungkan: apakah qalbu kita masih peka terhadap suara Allah? Masihkah kita merasakan bisikan kebaikan? Jika tidak, saatnya mendekatkan diri kepada-Nya, membersihkan qalbu melalui taubat, dzikir, dan amal saleh. Semoga kita senantiasa mendapatkan dan mengikuti petunjuk Allah dalam setiap langkah kehidupan. Aamiin.
