Hikmat di Balik Makanan Haram: Sebuah Renungan Mendalam

Posted by : amvi 15/07/2025

Oleh Marselinus Abi, SH, MH

Praktisi Hukum & Pemerhati Lingkungan Kota Jakarta

Makanan, anugerah Tuhan yang melimpah, seringkali kita nikmati tanpa menyadari makna mendalam di baliknya. Alkitab mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala berkat, termasuk makanan yang kita konsumsi. Namun, terdapat larangan mengonsumsi makanan tertentu yang disebut makanan haram. Bukan sekadar pantangan, larangan ini menyimpan hikmat ilahi yang perlu kita renungkan.

Dalam konteks Kristiani, konsep makanan haram tak melulu berfokus pada daftar makanan spesifik seperti dalam Hukum Taurat. Lebih dari itu, larangan mengonsumsi makanan haram merujuk pada prinsip-prinsip rohani yang lebih luas. Kita diajak untuk merenungkan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita, baik secara fisik maupun rohani. Apakah makanan tersebut membangun atau menghancurkan? Apakah ia mendekatkan kita kepada Tuhan atau menjauhkan?

Makanan haram dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang merusak hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ini mencakup:

  • Makanan yang diperoleh secara tidak adil: Makanan yang dihasilkan dari eksploitasi, pencurian, atau ketidakadilan lainnya. Mengonsumsi makanan ini berarti turut serta dalam ketidakadilan tersebut. Kita dipanggil untuk hidup adil dan jujur, termasuk dalam hal konsumsi makanan.
  • Makanan yang merusak kesehatan: Mengonsumsi makanan yang tidak sehat secara berlebihan, meskipun halal, dapat merusak tubuh yang merupakan bait suci Roh Kudus. Kita bertanggung jawab menjaga kesehatan kita sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.
  • Makanan yang diperoleh dari sumber yang meragukan: Makanan yang asal-usulnya tidak jelas atau diragukan kehalalannya. Lebih baik menghindari keraguan dan memilih makanan yang jelas kehalalannya untuk menjaga ketenangan hati dan kejernihan rohani.
  • Makanan yang mengarah pada dosa: Makanan yang dikonsumsi dalam konteks pesta pora, mabuk-mabukan, atau kegiatan lain yang melanggar perintah Tuhan. Kita diajak untuk mengendalikan diri dan menggunakan akal sehat dalam mengonsumsi makanan.

Lebih dari sekadar pantangan, larangan mengonsumsi makanan haram merupakan ajakan untuk hidup saleh dan bertanggung jawab. Ini adalah panggilan untuk merenungkan dampak konsumsi kita terhadap diri sendiri, sesama, dan lingkungan. Marilah kita selalu berdoa memohon hikmat dan bimbingan Tuhan dalam memilih makanan yang kita konsumsi, sehingga kita dapat hidup sebagai anak-anak Allah yang saleh dan bertanggung jawab. Semoga setiap suapan makanan yang kita nikmati menjadi berkat dan pujian bagi kemuliaan Tuhan. (Redaksional AMV)

RELATED POSTS
FOLLOW US